Dalam perkara perdata, eksepsi bisa jadi langkah awal tergugat untuk menahan bahkan menggugurkan gugatan lawan sebelum sidang masuk ke pokok perkara. Lantas, bagaimana cara menyusun eksepsi yang kuat?
Nah, berikut ini beberapa taktik penting yang bisa kamu gunakan untuk menyusun eksepsi yang kuat dan efektif sejak awal.
Cara Menyusun Eksepsi yang Kuat
Pahami Jenis Eksepsi dan Kapan Diajukan
Hal pertama yang perlu dipahami adalah jenis-jenis eksepsi, karena beda jenisnya, beda juga cara dan dampaknya. Ada dua jenis eksepsi yang perlu diketahui, yaitu:
- Eksepsi absolut: erkaitan dengan hal mendasar, seperti pengadilan tidak berwenang mengadili. Misalnya, gugatan perdata diajukan ke pengadilan pidana.
- Eksepsi relatif: terkait hal teknis seperti pihak tergugat tidak tepat, gugatan kabur, atau wanprestasi belum terjadi.
Eksepsi wajib disampaikan bersamaan dengan jawaban pertama. Kalau lewat, bisa dianggap hangus, kecuali untuk eksepsi absolut, yang tetap bisa diajukan kapan saja.
Analisis Cacat Formil dan Kewenangan Pengadilan
Banyak gugatan gagal bukan karena kalah di isi, tapi karena ada kesalahan di prosedur. Di sinilah eksepsi bisa digunakan sebagai serangan awal.
Beberapa hal yang sering jadi bahan eksepsi:
- Ada pihak yang seharusnya digugat, tapi tidak ditarik
- Surat kuasa cacat atau tidak sah
- Objek gugatan tidak jelas (misalnya nilai atau lokasi tidak lengkap)
- Penggugat sebenarnya tidak punya hak (legal standing)
Kalau ternyata pengadilan yang menerima gugatan juga tidak berwenang, maka kamu bisa langsung ajukan eksepsi absolut sebagai dasar untuk menghentikan perkara.
Gunakan Alasan Hukum yang Spesifik dan Kuat
Eksepsi bukan soal opini, tapi harus ada dasar hukumnya. Jangan cuma bilang “gugatannya tidak jelas” tanpa bukti atau aturan yang mendukung. Contoh dasar hukum yang bisa dipakai:
- Mengutip Pasal 118 Herzien Inlandsch Reglement (HIR) untuk eksepsi absolut terkait kewenangan pengadilan.
- Menyertakan yurisprudensi Mahkamah Agung yang mendukung argumen.
- Mengacu pada UU khusus bila menyangkut badan usaha atau hubungan hukum tertentu.
Semakin konkret dan relevan argumen hukummu, semakin besar peluang eksepsi dikabulkan.
Tulis dengan Struktur Jelas dan Profesional
Hakim membaca puluhan dokumen setiap hari. Maka, eksepsi yang ringkas, rapi, dan langsung ke inti masalah akan lebih diperhatikan. Kamu bisa ikuti struktur sederhana seperti ini:
- Dasar hukum: aturan yang mendasari eksepsi
- Uraian fakta: penjelasan singkat terkait kasus
- Analisis: alasan logis mengapa gugatan cacat
- Permohonan: apa yang diminta agar diputus hakim
Hindari bahasa yang emosional atau terlalu panjang. Fokus pada poin hukum yang kuat dan langsung ke sasaran.
Kesimpulan
Sebuah eksepsi yang kuat berdiri di atas dua pilar: argumentasi yang logis dan referensi hukum yang valid. Tanpa dasar hukum yang kuat, dalil terbaik sekalipun akan mudah dipatahkan. Jangan biarkan kelemahan riset menjadi titik celah dalam pembelaan Anda.
Perkuat amunisi hukum Anda dengan mengakses database pusat data hukum terlengkap dari Hukumku. Temukan semua yang Anda perlukan—mulai dari peraturan terbaru hingga yurisprudensi —untuk membangun eksepsi yang solid dan meyakinkan.
